Hugo merupakan film dengan gambar yang indah, jalinan ceritanya bagus, dan membuat penonton mengerti tentang, "apakah fungsiku (manusia) di dunia ini?".
Tak salah rasanya jika Hugo meraih 5 piala - best cinematography, art direction, special effects, film editing, dan sound editing - di ajang Academy Awards 2012 (Piala Oscar). Film ini punya daya pikat visualisasi yang kuat. Apalagi saat menontonnya dalam format 3 dimensi, dijamin mata bakal terperdaya melihatnya.
Tak salah rasanya jika Hugo meraih 5 piala - best cinematography, art direction, special effects, film editing, dan sound editing - di ajang Academy Awards 2012 (Piala Oscar). Film ini punya daya pikat visualisasi yang kuat. Apalagi saat menontonnya dalam format 3 dimensi, dijamin mata bakal terperdaya melihatnya.
Dari awal, dengan teknik one shot yang dramatis, penonton disuguhi suasana hiruk pikuk di stasiun kereta; saat musim dingin bersalju. Sementara, jauh di atas sana, di balik jam dinding besar stasiun, seorang bocah bernama Hugo Cabret (Asa Butterfield) mengintip suasana riuh tersebut.
Bocah ini memang tinggal sendirian di stasiun kereta Paris tersebut. Ayahnya (Jude Law) telah meninggal, sehingga pamannya tinggal satu-satunya keluarga tersisa yang mengasuh Hugo. Setiap hari tugas Hugo adalah mengoperasikan jam besar tersebut.
Sayangnya, sang paman tiba-tiba menghilang. Terpaksa Hugo tinggal sendiri. Ia harus mencuri makanan untuk bertahan hidup sekaligus bermain kucing-kucingan dengan petugas stasiun yang ingin mengirimnya ke rumah panti asuhan.
Sang ayah mewarisi Hugo sebuah robot untuk diperbaiki. Hugo yakin robot inilah yang bisa memberi jawaban atas pertanyaannya tentang kesendiriannya tersebut. Karena itulah ia sering mencuri suku cadang di toko mainan milik Georges Melies (Ben Kingsley).
Hugo memang kerap bertanya pada dirinya sendiri, "apakah fungsiku di dunia ini?". Tak heran, kepada teman karibnya, seorang gadis yang selalu mengidamkan dunia petualangan, Isabelle (Chloe Grace Moretz) Hugo berkata, "Mesin selalu dibuat dengan suku cadang sesuai kebutuhannya. Tak ada suku cadang tambahan lainnya. Jadi, aku jelas bukan suku cadang tambahan. Aku ada di sini pasti karena suatu alasan."
Misteri yang dihadapi Hugo dengan pertanyaan filosofisnya memaksa penonton untuk terus mengikuti kisah petualangan Hugo bersama Isabelle. Duet keduanya tak cuma berhasil menciptakan film petualangan nan segar, tapi memberi pemaknaan yang dalam saat misteri akhirnya terpecahkan.
Film besutan sutradara Martin Scorsese (ingat film Gang of New York) dan penulis John Logan (film Gladiator) menghasilkan perpaduan gambar plus cerita yang sangat cantik. Walaupun, tetap saja ujungnya berakhir bahagia (happy ending) khas film-film Holywood.
Penasaran? Longok dulu trailer berikut sebelum bergegas ke gedung bioskop.
Oh ya, film ini mengadaptasi novel The Invention of Hugo Cabert karya Brian Selznick, 2007. Dan, kisah tentang pemilik toko mainan, Georges Melies, merupakan tokoh nyata.
Sumber: Seputar Indonesia
0 comments:
Post a Comment