Panaskan sedikit minyak sayur, gorenglah belalang, tambahkan gula dan masak hingga gula menjadi karamel, dinginkan dan celupkan belalang dalam coklat. Itulah camilan yang bisa disantap pada sore hari. Tapi jangan lupa copot sayapnya dulu, karena bisa nyangkut di gigi.
Kebanyakan orang merasa keberatan makan serangga, terutama di barat. “Tapi,” kata juru masak Henk van Gurp, yang selama 20 tahun memakai serangga dalam resepnya, “serangga adalah sumber protein yang bagus."
Di samping itu, di banyak negara, serangga goreng adalah hidangan yang lezat. Sebenarnya, serangga telah, secara diam-diam, dipakai dalam banyak makanan. Perusahaan pembuat produk-produk itu lebih suka menyebutnya ‘protein hewani’ ketimbang 'menggunakan tepung dari ulat'.
Dewasa ini produksi daging membutuhkan sekitar 70 persen lahan pertanian. Dengan meningkatnya populasi dunia serta permintaan akan protein hewani, serangga bisa saja menjadi solusi yang berkelanjutan.
Sedikitnya 1800 spesies serangga cocok untuk dikonsumsi manusia. Serangga relatif mudah dikembangbiakkan dan dipelihara: untuk produksi satu kilogram “daging serangga” hanya dibutuhkan seperduabelas dari pakan yang diperlukan untuk memproduksi satu kilogram daging sapi.
Lagipula, pencemaran yang disebabkan serangga, lebih sedikit daripada babi atau ayam. Untuk acara peluncuran bukunya, Van Gurp memasak cake belalang terbesar di dunia, muffin ulat dan beberapa coklat serangga, sehingga publik Belanda dapat mencicipi aneka ragam kuliner masakan serangga.
Sumber :
RNW - rumahbacaonline.com
0 comments:
Post a Comment